Jumat, 28 Agustus 2015

Tari Melinting (LAMPUNG)

Tari Melinting



Sejarah :
Tari Melinting adalah Tari Tradisional dari kerabat suku Lampung yang beradat Melinting diciptakan Ratu Melinting II pada abad XVI yang bergelar Pangeran Penembahan Mas. Pada abad ke-16 yaitu pada silsilah ke-2 keratuan Melinting Pangeran Penembahan Mas, pengaruh isalm mulai mendominasi tata cara Tari Melinting. Sejak disempurnakan tahun 1958, Tari Melinting dinamakan Tari Melinting Gaya Baru perkembangan yang terjadi sekarang merupakan perubahan yang agak jauh dari bentuk aslinya, baik gerak, busana, maupun aksesorisnya.
Tari Melinting merupakan salah satu kesenian tari yang menggambarkan Keperkasaan dan Keagungan Keratuan Melinting. Tari Melinting merupakan Tari Adat Tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting ini merupakan tari tradisional lepas untuk hiburan lepas untuk hiburan pelengkap pada acara Gawi Adat. Tari Melinting sebelum mengalami perkembangan penyempurnaan(tahun 1958), adalah mutlak sebagai tarian keluarga Ratu Melinting yang pementasanya hanya pada saat Gawi Adat/Keagungan Keratuan Melinting saja. Penarinya hanya sebatas putera dan puteri Ratu Melinting dan di pentaskan di Sesat/Balai Adat. Seiring dengan perkembangan zaman Tari Melinting mengalami pergeseran fungsi, yaitu merupakan tarian hiburan lepas sebagai tari penyambutan tamu Agung yang datang ke daerah Lampung. Selain itu fungsi fungsi Tari Melinting adalah sebagai pergaulan yang merupakan ungkapan rasa kegembiraan pasangan muda-mudi, penampilanya di dominasi oleh gerak yang dinamis dari penari pria, sedangkan penari wanitanya lebih halus sesuai dengan sifat kewanitaanya.
Awal keberadaanya Tari Melinting merupakan tari yang di pentaskan di lingkungan keluarga pada acara Upacara (Gawi Adat). Dalam perkembangannya tari ini dipentaskan di lapangan terbuka dan di pentaskan untuk umum. Selain itu Tari Melinting banyak mendapat kesempatan untuk dipentaskan dalam upacara-upacara penting di Indonesia.


Ragam Gerak :
Gerak dalam tari Melinting adalah gerak gerak maknawi, yaitu setiap gerakan mempunyai maksud atau makna. Pada adegan pembukaan, makna gerak adalah bahwa putra dan putri punyimbang melakukan penghormatan kepada para punyimbang/tamu agung. Pada adegan kugawo Ratu, makna gerak adalah melambangkan keperkasaan putra putri punyimbang. Pada adegan knui melayang, keagungan dan kelemah lembutan punyimbang ungkapan keleluasaan berpendapat/bersikap. Pada adegan penutup, makna gerak adalah bahwa putra putrid punyimbang penghormatan pada punyimbang
Gerakan yang dipakai pada tari Melinting dibedakan antara gerakan penari putra dan putrid meliputi : babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman, suali, niti batang, luncat kijang, dan lapah ayun. Gerak penari putrid meliputi babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan, timbangan/terpipih mabel melayang, ngiyau bias, nginjak lado, nginjak tahi manuk, lapah ayun. Iringan tari Melinting adalah Tallo Balak (kelittang). Jenis tabuhan yang digunakan adalah tabuh harus pada adegan penbukaan, tabuh cetik pada adegan punggawo ratu, tabuh kedangdung pada adegan mulai batangan, tabuh kedangdung pada adegan knui melayang, dan tabuh arus pada adegan penutup.

Kostum (busana) :

Fungsi busana yaitu mendukung tema atas isi dan memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Dalam perkembangannya, pakaian tari telah disesuaikan dengan kebutuhan tari tersebut. Busana tari yang baik tidak hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung penampilan tari. Busana tari dipergunakan untuk melukiskan sesuatu oleh penciptanya dan dipakai oleh penarinya dan tidak terlepas pemilihan nilai terhadap warna, garis dan bentuk. Maka, tata busana selain untuk memperkuat peranan, pemilihan warna, garis dan bentuk, juga bias mendalami kejiwaan seni tari, serta akan memberi suasana yang dimaksudkan.

Dalam tari Melinting, busana yang digunakan penari putri adalah siger bercadar bunga pandan Subang, kalung buah jukum, gelang kano, bulu seretei, gelang rui sesapurhanda, tapis, dan jungsarat. Adapun busana penari putra adalah kopiah emas, kembang melur bunga pandan, buah jukum, jungsarat, papan jajar, bulu seretei, sesapur handap, injang tuppal, celana reluk belanga, lengan tanpa aksesoris, dan telapak kaki tanpa alas dan kaos kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar